Minggu, Februari 10, 2013

InsyaAllah...

InsyaAllah...

Berat juga ya tanggung jawab atas ucapan kata itu...
Setelah browsing kesana kemari, terkumpullah beberapa pengertian/tafsiran dari kata "InsyaAllah.. " ada beberapa kesamaan dengan Wallahu Alam Bi Shawab...
Semoga, semoga dan semoga.... Apapun dan apapun dan apapun... Kuserahkan hidupku hanya padaMu Yaa Allah...
Semoga Engkau memberikan jalan yang terbaik bagi semua hambaMu.... Amin

Secara bahasa kata itu berarti jika Tuhan menghendaki, disini makna kata tersebut adalah sebuah bentuk kepasrahan seorang hamba terhadap Tuhan. Seperti yang kita tahu bahwa manusia hanya bisa merencanakan sesuatu dan Tuhan lah yang berkehendak atas perencaan sesuatu tersebut,,akankah terwujud ataupun tidak.

Kata InsyaAllah mempunyai makna ketidaktahuan hamba akan waktu yang akan datang, baik itu satu detik mendatang ataupun menit, jam, hari, dan tahun, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Maka kita sering mengucapkan kata tersebut. Tapi sering kali kata itu di gunakan untuk menutupi atau sebagai legalitas dari sebuah keraguan. Ketika kita melakukan sebuah janji dengan seseorang kita sering mengucapkan kata itu. Tapi kadang-kadang kita menggunakan kata itu hanya takut bila nanti kita tak menepati janji tersebut atau sebagai legalitas untuk meredam emosi atau kekesalan terhadap pihak yang telah kita berikan janji.

Kesalahanya adalah kita menempatkan kata itu atas dasar sungkan (tak berhasrat atau tak kita niati sepenuhnya) atas suatu yang akan kita lakukan. Padahal kata tersebut harusnya kita dasari dengan kejujuran dan niat untuk melakukan apa yang akan kita lakukan bukanya hanya untuk menutupi keraguan kita. Dan bila janji itu tidak terpenuhi hendaknya itu adalah atas kehendak Tuhan bukan atas kehendak kita karena pada waktu berjanji kita sudah sungkan atas hal yang kita janjikan.


Sungguh agung makna kata "insya Allah" itu. Di dalamnya dikandung makna paling tidak empat hal. Pertama, manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah (tauhid). Kedua, menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai (politik, kekayaan, keilmuan, dan status sosial.) Ketiga, menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT. Keempat, bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.